PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL DAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI SEBAGAI JEMBATAN EMAS MEWUJUDKANKAN BUDAYA POSITIF.

 

PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL DAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI SEBAGAI JEMBATAN EMAS MEWUJUDKANKAN BUDAYA POSITIF.

 


 

                Sesuai amanah bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara, bahwa maksud pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setingi-tingginya. (KHD, 1936. Dasar-Dasar Pendidikan, hal 1 paragraf 4)

                Agar tercapai keselamatan dan kebahagiannya sebagai manusia dan anggota masyarakat pendidikan budi pekerti adalah dasar dari segala pendidikan. Karena melalui pembelajaran budi pekerti (karakter)merupakan pembelajaran manusia secara holistik. Yang akan menghasilkan bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, dan kemauan) sehingga menimbulkan tenaga( pekerti). Dan wujud dari pembelajaran budi pekerti adalah sebuah pikiran dan tindakan bijaksana yang terjadi karena kebersihan budi yaitu bersatunya cipta,rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa dan kuatnya kemauan. (KHD dalam bukunya “Bagian Pertama: Pendidikan,” 2011”

                Lantas bagaimana cara mencapai pendidikan budi pekerti itu? Pendidikan emosional dan pendidikan berdiferensiasi adalah sebuah terobosan Mendikbud Ristek dan para pakar pendidikan yang diberikan melalui program pendidikan  calon guru penggerak (CGP) untuk menjawab tantangan membentuk budi pekerti. Guru penggerak yang merupakan ujung  tombak transformasi pendidikan Indonesia bertugas menularkan dan membimbing rekan guru lainnya untuk dapat mengimplementasikan budi pekerti melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional di dalam proses belajar mengajar. Budi pekerti merupakan kaidah-kaidah pembentuk budaya positif. Dan  muara akhir dari dasar pendidkan adalah terbentuknya manusia yang cerdas, terampil dan berkarakter atau yang biasa kita sebut profil pelajar Pancasial.

Pembelajaran sosial emosional  yang dikembangkan pada tahun 1994 oleh sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak (salah satunya adalah Psikolog Daniel Goleman, pencetus teori Kecerdasan Emosi).  Kerangka Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis penelitian ini bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi secara lebih baik antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.

Pembelajaran sosial emosional sendiri adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi yang dilakukan oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa disekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan,keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Sumber: https://casel.org/fundamentals-of-sel/what-is-the-casel-framework/

Adapun tujuan dari pembelajaran emosional ( PSE) adalah:

1.       Memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri)

2.       Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaandiri)

3.       Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)

4.       Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan relasi)

5.       Membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Di dalam pembelajaran social emosianal terdapat 5 kompetensi yang harus diimplementasikan pendidik di dalam proses pembelajaran.  Ke lima kompetensi social emosional tersebut adalah:

1.       Kesadaran Diri ( Self Awareness) adalah kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, nilai-nilai diri sendiri dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan (mengenal emosi dan unsur-unsur lain dalam diri dan dampaknya pada perilaku). Untuk memahami perasaan kita harus menyadari pemicu emosi kita dengan terbuka.  6 emosi dasar yang melekat pada manusia yaitu adanya rasa takut, marah, jijik (muak), kaget (terkejut), sedih atau bahagia. (gembira).Mari menyadari 6 dasar pemicu emosi pada diri masing-masing.

 

2.       Pengelolaan Diri (Self Managemen) adalah kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi untuk mencapai tujuan dan aspirasi untuk mengelola emosi dan perilaku untuk mencapai tujuan. Untuk melakukan pengelolaan diri dan terhindar dari emosi kita dapat melakukan tehnik STOP yaitu tehnik tubuh berhenti sejenak, ambil nafas dalam, amati sensasi pada tubuh, perasaan, pikiran dan lingkungan. Kemudian selesai dan lanjutkan. Fungsi STOP sendiri untuk MENGAMBIL JEDA MENYADARI NAPAS. Syaraf para simpatik: menenangkan tubuh dengan memperlambat detak jantung,menurunkan tekanan darah,mempertajam fokus.Napas yang terkontrol>mengurangi kecemasan/tingkat stress dan mendukung kekuatan otak bagian atas(korteksprefrontal)yang berhubungan dengan fokus,konsentrasi dan kesadaran Kekuatan ini dapat dilatih dan dikembangkan (neuroplasticity)(mind-up curriculum, 2011). Berikut video tutorial untuk melakukan tehnik STOP. ( VIDEO: https://bit.ly/tutorialSTOP)

 

3.       Kesadaran Sosial ( Sosial Awareness)  atau berempati yaitu Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya dan konteks yang berbeda-beda ( memahami dan berempati). Terdapat 3 pertanyaan dasar yang kita berikan pada diri sendiri agar timbul rasa empati. Yaitu dengan bertanya pada diri seniri tentang:

1.       Apa yang dirasakan orang tersebut? Mengapa dia bisa merasa begitu?

2.       Apa yang mungkin akan dia lakukan? Mengapa dia melakukan itu?

3.       Apa yang saya rasakan jika mengalami kejadian yang sama?

 

4.       Keterampilan Berelasi ( Relationship Skill) yaitu kemampuan membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat dan suportif. Implementasi keterampilan berelasi merupakan keterampilan menyampaikan pesan dengan jelas (beclearinmind) dan mendengarkan secara (hadir sepenuhnya) keterampilan menyatakan sikap setuju dan tidak setuju dengan sikap saling menghargai keterampilan mengelola tugas dan peran dalam kelompok, kesepakatan (Misalnya, ketua, penulis, pencatat waktu,penyaji) keterampilan menentukan indikator keberhasilan pencapaian tujuan bersama (yang dipahami semua orang) keterampilan mengelola konflik message.

5.       Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab ( Responsible Decision Making Skills) yaitu kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan yang membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standart-standart etis dan rasa aman untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis ( well-being) diri sendiri, masyarakat dan kelompok. ( Membuat keputusan  personal dan sosial yang etis dan konstruktif). Untuk melakukan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dapat dilakukan dengan tehnik SPOOCH yaitu:

1.       Evaluasi masalah (harapan vs realita)

2.       Alternatif solusi.

3.       Konsekuensi negative vs positif diri sendiri dan orang lain.

4.       Plihan ( siap menghadapi konsekuensi dan bertanggung jawab).

 

Kelima  kompetensi social emosional  tersebut dapat dikembangkan dengan baik pada saat kita dalam keadaan kesadaran penuh (mindsfulness). Kesadaran penuh (mindfulness) merupakan kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan welas asih (Kabat Zinn dalam Hawkins. 2017). Dan cara agar kita dalam keadaan mindsfullness adalah dengan melakukan tehnik STOP untuk mengembalikan keadaan fikiran yang positif dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab.  Untuk lebih mengenal apa itu mindsfullness mari kita simak video berikut:

https://www.youtube.com/watch?v=esW68l3f_20

(The science of mindfulness https://www.youtube.com/watch?v=eKF8NE42RZ0

Secara saintifik, latihan berkesadaran penuh(mindfulness) yang konsisten dapat memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi,
dan kesadaran (Hawn Foundation, 2011. Mindfulness dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui berbagi kegiatan sehari-hari maupun dalam pembelajaran yang dilakukan secara mindsfullness (ada koneksi antara dengan tubuh/indera, perasaan, pikiran dan lingkungan).

Tehnik STOP dapat menumbuhkan mindsfullness dan mindsfullness dapat mewujudkan well-being. Dan dengan well –being maka dapat membantu sesorang dalam mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Adanya saling keterkaitan tersebut menunjukkan 5 kompetensi social emosional dalam mengimplementasikannya di lakukan secara terpadu. Makna well-being menurut Oxford  English Dictionary merupakan sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

 

McGrath & Nobel 2011, mengatakan Well-being yang optimum memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk:

kesehatan fisik dan mental yang lebih baik

memiliki ketangguhan (daya lenting/resiliensi) dalam menghadapi stress

terlibat dalam perilaku social yang lebih bertanggung jawab

mencapai prestasi akademik yang lebih tinggi.

 

Adapun implementasi dari pembelajaran sosial emosional dapat dilakukan melalui 4 cara, yaitu:

1.       Mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)  secara spesifik dan eksplisit.

2.       Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid.

3.       Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid.

4.       Mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.

         


Pembelajaran sosial emosional sangat diperlukan di dalam proses pembelajaran karena,

1.       Melalui pembelajaran social emosional dapat meningkatkan 5 kompetensi sosial emosional dan akan meningkatkan perilaku positif siswa.

2.       Melalui pembelajaran sosial emosional yang menciptakan lingkungan belajar yang suportif akan mengurangi perilaku negative siswa.

3.       Melalui pembelajaran social emosional akan meningkatkan sikap pada diri sendiri, respek dan toleran terhadap orang lain dan lingkungan sekolah yang berdampak pada pengurangan tingkat stres dan peningkatan performa akademik siswa.

Kompetensi sosial emosional dapat diintegrasikan ke dalam praktik pengajaran guru ketika berinteraksi dengan murid dengan cara:

1.       Memberikan pembukaan pembelajaran yang hangat.

2.       Kegiatan inti yang di dalamnya melibatkan murid secara aktif (CTL).

3.       Melakukan penutupan proses pengajaran dengan optimistic.

Mari kita tengok  impementasi PSE dari beberapa ide kegiatan  pembelajaran berkut:  21 Ide PSE Sepanjang Hari di Kelas.

Bagaimana pendapat anda setelah membaca ide pmbelajara PSE pada tautan di ataas. Memang, pendidik yang kreative sangat mempengaruhi keberhasilan di dalam proses belajar mengajar. Karena pembelajaran dengan memperhatikan minat, bakat dan karakteristik siswa serta menyiapkan fisik dan mental siswa terlebih dahulu dapat membuat siswa semangat di dalam belajar.

Diadaptasi dari How to Differentiate Instruction in Academically Diverse Classrooms, 3rd Edition, oleh Carol Ann Tomlinson, Alexandria, VA: ASCD. ©2017 oleh ASCD. Hak cipta terdaftar. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang pro aktif,  pembelajaran berdiferensiasi lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif, pembelajaran berdiferensiasi berakar pada penilaian, pembelajaran berdiferensiasi menggunakan beberapa pendekatan terhadap konten, proses, dan produk, pembelajaran berdiferensiasi berpusat pada murid, pembelajaran berdiferensiasi merupakan perpaduan dari pembelajaran seluruh kelas, kelompok dan individual, Pembelajaran berdiferensiasi bersifat "organik" dan dinamis. Untuk itulah pembelajaran berdiferensiasi berhasil meningkatkan potensi akademik siswa. Namun jika diiringi dengan kesiapan social emosional dari peserta didik.

Artinya terdapat keterkaitan antara pembelajaran berdiferensiasi dengan pembelajaran social emosional. Perasaan bahagia dan belajar sesuai minat dapat mengembangkan kompetensi social emosional. . Karena Saat kompetensi sosial dan emosional murid berkembang, maka aspek akademik mereka pun berkembang. Mengabaikan perkembangan sosial dan emosional, akan berdampak buruk bagi akademik. Pembelajaran sosial dan emosional harus diimplementasikan dengan sengaja. Sumber: https://casel.org/fundamentals-of-sel/what-is-the-casel-framework/

 


Dunia Meta, 16-03-2022



Penggerak kebaikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

               

 

Komentar

  1. Jadi inget materi saat kuliah, jadi berasa kuliah lagi saya. Lanjutkan menulis bunda

    BalasHapus
  2. keren bu👍🤩
    menginspirasi sekali ..semoga kami pun yg sdg belajar bisa menulis sebaik panjenengan 🤲🤗
    Salam guru penggerak
    tergerak,bergerak dan menggerakkan

    BalasHapus
  3. Hebat karyanya sangat mengidukasi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LOMBA BLOG SATU GURU, JURUS JITU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

"PROOFREADING PENEPIS MALU SEBELUM MENERBITKAN TULISAN”

“MENULIS BUKU dari KARYA ILMIAH”