ARTIKEL AKSI NYATA BUDAYA POSITIF TUGAS 1.4.A.10 PENERAPAN BUDAYA POSITIF
MEMBUAT
KEYAKINAN KELAS & RESTITUSI SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN
DISIPLIN POSITIF
BERKELANJUAN di LINGKUNGAN KELAS,SEKOLAH SERTA di RUMAH.
ARTIKEL AKSI NYATA BUDAYA POSITIF
TUGAS 1.4.A.10 PENERAPAN BUDAYA POSITIF
MEMBUAT
KEYAKINAN KELAS & RESTITUSI SEBAGAI UPAYA MENUMBUHKAN
DISIPLIN
POSITIF BERKELANJUAN di LINGKUNGAN KELAS,SEKOLAH SERTA di RUMAH.
Oleh :
ELMIYA SARI,S.Pd
CGP ANGKATAN 4 SDN WONOKERTO KABUPATEN
PASURUAN
PROVINSI JAWA TIMUR
1. Latar Belakang
Anak-anak bukanlah
sekedar lembaran kertas yang kosong, anak-anak ibarat lembaran kertas yang
sudah terdapat goresan samar. Menurut Ki hadjar Dewantara tugas pendidik adalah
enuntun tumbuh kembaangnya anak sehingga mencapai kebahagiaan dan keselamatan
yang setinggi-tinngginya. Seorang pendidik menurut Ki Hadjar
Dewantara diibaratkan sebagai seoarangpetani yang merawat lahannya.
Dengan menyemai, menyiangi, menyiram, memberu pupuk supaya ketika panen
di dapat benih yang baik dan berkuaalitas. Tugas pendidik adalah menuntun
supaaya goresan samar yang baik pada kertas akan tampak dengan kuat dan
sebaliknya menghapus goresan samar yangg jelek supaya tidak terlihat. Itu
artinya tugas guru adalah juga menuntun anak sesuai dengan kodrat alam dan
kodrat zamannya.
Sekolah adalah rumah
kedua bagi siswa, sekolah adalah tempat terbentuknya nilai-nilai pengetahuan
dan karakter pada diri siswa. Maka dari itu diperlukan
budaya positif di lingkungan sekolah. Untuk membangun budaya yang positif,
sekolah perlu menyediakan lingkungan yang positif, aman, dan nyaman agar
murid-murid mampu berpikir, bertindak, dan mencipta dengan merdeka, mandiri,
dan bertanggung jawab. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah
bentuk disiplin yang dijalankan selama ini di sekolah-sekolah kita.
Sebagai seorang pendidik tentunya kita
menginginkan murid-murid kita menjadi anak yang disiplin dan taat pada
peraturan. Sayangnya sering kali terjadi miskonsepsi tentang makna disiplin,
Kebanyakan kita menghubungkan kata disiplin dengan tata tertib, teratur,
dan kepatuhan pada peraturan. Kata “disiplin” juga sering dihubungkan dengan
hukuman, padahal itu sungguh berbeda, karena belajar tentang disiplin positif
tidak harus dengan memberi hukuman, justru itu adalah salah satu alternatif
terakhir dan kalau perlu tidak digunakan sama sekali. Dalam budaya kita, makna
kata ‘disiplin’ dimaknai menjadi sesuatu yang dilakukan seseorang pada orang
lain untuk mendapatkan kepatuhan. Kita cenderung menghubungkan kata ‘disiplin’
dengan ketidaknyamanan. Padahal tidak demikian makna disiplin yang sesungguhnya
adalah disiplin diri yang dapat membuat seseorang menggali potensinya menuju
kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna. Dengan kata lain,
disiplin diri juga mempelajari bagaimana cara kita mengontrol diri, dan bagaimana
menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang kita
hargai. Seperti pernyataan Ki Hadjar Dewantara bahwa untuk mencapai kemerdekaan
atau dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang
merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin yang
dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal. Jika kita tidak
memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak lain untuk
mendisiplinkan kita tau motivasi eksternal, karena berasal dari luar, bukan
dari dalam diri kita sendiri.
Bagaimana cara agar murid-murid kita tergerak
secara sadar tanpa diperintah gurunya untuk melaksanakan perilaku disiplin
dalam kehidupannya? Apa hubungan rendahnya disiplin positif dengan kemunduran
pendidikan di Indonesia? Bagaimana cara menumbuhkan motivasi internal itu? Apa
faktor penyebab rendahnya disiplin pada anak-anak didik kita? Bagaimana cara
menumbuhkan budaya disiplin positif di sekolah dan di rumah?
Kemunduran pendidikan di
Indonesia salah satunya antara lain dipicu oleh rendahnya disiplin positif pada
peserta didik. Seringkali siswa melaksanakan peraturan hanya karena takut pada
hukuman yang diberikan oleh gurunya. Ada pula siswa yang melaksanakan disiplin
karena adanya reward dari gurunya dan Ketika reward itu tidak berlaku maka
siswa kembali melakukan pelanggaran. Hal itu dikarenakan hukuman dan
reward adalah motivasi yang terbangun secara eksternal. Lingkungan yang paling
dekat dengan kehidupan anak adalah lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.
Maka dari itu kedua lingkungan ini harus terbangun nilai-nilai budaya positif.
Motivasi internal
adalah cara yang paling tepat untuk mewujudkan budaya disiplin positif,
penegakan kedisiplinan dengan menerapkan restitusi adalah cara yang bijaksana
untuk memotivasi siswa secara intrinsik . Keyakinan kelas adalah kesepakatan
yang paling tepat untuk mewujudkan budaya positif karena pada keyakinan kelas
terbentuk kesepakan nilai-nilai positif yang telah mereka sepakati dan
menjadikan sesuatu yang mereka hargai. Dengan menjadi anak yang mempunyai
budaya disiplin positif siswa dapat menjadi siswa yang merdeka belajar, mandiri
dalam segala tindakan, siswa dapat memanage intensitas belajarnya tanpa ada
paksaan dari luar, bahkan siswa akan memegang kuat-kuat apa yang menjadi
keyakinannya. Jika telah terbentuk motivasi intrinsik seperti ini dalam belajar
siswa, maka pendidikan di Indonesia akan selangkah lebih maju. Siswa yang
merdeka belajar terbentuk dari seorang pendidik yang merdeka belajar. Bagaimana
pendidik yang merdeka belajar yaitu pendidik yang mempunyai motivasi intrinsik,
keyakinan dan misi yang kuat dan memberikan pembelajaran yang menyenangkan dan
bermakna, pendidik yang memberikan pembelajaran secara kontekstual, pendidik
yang menghargai jiwa dan martabat murid-muridnya, pendidik yang memberikan
murid-muridnya mengekspresikan dirinya dengan segala kemampuan yang dimiliki
serta menuntun siswanya meraih mimpinya. Karena itu siswa yang dapat memotivasi
diri secara intrinsik terbentuk dari seorang pendidik yang mempunyai motivasi
intrinsik pula. Dan siswa yang berbudaya disiplin positif terbentuk dari
pendidik dan lingkungan yang berbudaya positif pula. Dibutuhkan kolaborasi
antar pendidik untuk mewujudkan lingkungan positif sehingga tercipta budaya disiplin
pada siswa. Peran orang tua tak kalah penting dalam mewujudkan budaya disiplin
positif , maka diperlukan kerjasama antara pendidik dan orang tua untuk
memecahkan berbagai masalah yang terjadi pada putra-putrinya.
2. Tujuan
Aksi Nyata
Berdasarkan latar belakang di atas diperlukan
aksi nyata agar segala niat baik dan tujuan dapat terwujud. Tujuan dari aksi
nyata yang akan penulis lakukan adalah
1.
Menumbuhkan motivasi intrinsik pada diri anak didik dengan cara mengajaknya
membuat keyakinan kelas
2.
Meningkatkan kualitas belajar siswa dengan memberi tantangan kepada siswa
untuk melaksanakan keyakinan kelas tentang kami anak yang rajin
belajar .
3.
Menumbuhkan budaya displin positif dengan melakukan restitusi untuk memecahkan
masalah yang terjadi pada siswa di kelas dan di sekolah.
4.
Menumbuhkan budaya disiplin positif di lingkungan sekolah dengan mensosialisasi
guru serta mengajaknya menerapkan keyakinan kelas.
5.
Menumbuhkan budaya disiplin positif kepada siswa dengan mengajak rekan pendidik
melaksanakan restitusi pada saat memecahkan masalah di kelas dan di lingkungan
sekolah.
6.
Menjalin kolaborasi bersama rekan guru untuk berkomitmen menciptakan lingkungan
sekolah yang positif, ramah anak dan merdeka belajar sehingga terwujud disiplin
positif pada anak.
7.
Menumbuhan budaya positif di lingkungan rumah masing-masing siswa dengan cara
mensosialisasi orang tua murid tentang keyakinan bersama antara orang tua dan
siswa serta melakukan restitusi untuk memecahkan masalah anak di rumah.
8. Menjalin kolaborasi
dengan orang tua siswa untuk bersama-sama berkomitmen menumbuhkan perilaku
budaya disiplin positif siswa di rumahnya.
9. Menjalin kolaborasi dengan sesama CGP
kecamatan Sukorejo guna menumbuhan budaya positif di setiap lembaga sekolah
yang ada di lingkungan kecamatan Sukorejo dengan melakukan pengimbasan ke semua
guru perwakilan di setiap lembaga.
3. Hasil Aksi Nyata
Serangkaian aksi nyata
yang telah dilaksanakan merupakan upaya penulis untuk mewujudkan tujuan yang
ingin dicapainya. Hasil nyata adalah akhir dari sebuah tujuan. Adapun hasil
dari serangkaian aksi nyata yang penulis laksanakan adalah:
1. Perubahan sikap
meningkatnya kedisiplinan siswa .
2. Terlaksananya poin-poin
dari kesepakatan kelas yang telah menjadi nilai-nilai keyakinannya.
3. Meningkatnya motivasi
belajar siswa.
4. Tumbuhnya nilai-nilai
kebajikan pada siswa.
5. Menurunnya kasus-kasus
pelanggaran peraturan yang terjadi di sekolah.
6. Meningkatnya capaian
hasil belajar siswa baik pengetahuan maupun keterampilannya.
7. Terciptanya lingkungan budaya positif di
sekolah.
8. Terciptanya lingkungan
budaya positif di rumah.
9. Berubahnya mindset
pendidik di kecamatan Sukorejo yang berimbas pada terciptanya budaya positif di
kelas dan sekolahnya masing-masing.
4. Pelajaran
Yang dapat di ambil
Anak-anak adalah harapan untuk masa depan
negeri ini, kolaborasi guru dan orang tua untuk menciptakan lingkungan budaya
positif berpengaruh besar untuk tumbuh kembang anak. Baik pertumbuhan
jasmani maupun rohani. Pertumbuhan rohani anak akan memicu tumbuhnya
motivasi intrinsik pada diri anak. Karena dengan motivasi intrinsik akan
terbangun keyakinan yang kuat pada diri anak akan nilai-nilai positif
yang mereka yakini dan mereka hargai. Keyakinan kelas dan restitusi
merupakan strategi yang bijaksana untuk menumbuhkan motivasi intrinsik. Karena
dengan keyakinan kelas anak menemukan nilai-nilai yang mereka yakini, dengan
restitusi anak merasa dihargai akan nilai-nilai yang mereka yakini. Dengan
motivasi intrinsik akan tumbuh kemandirian, dengan motivasi intrinsik pula
anak-anak dapat merdeka menentukan kapan dia harus belajar dan target belajar
yang mereka inginkan.Dari sini dapat kita ambil pelajaran motivasi intrinsik
yang dapat membangun budaya disiplin positif berdampak besar meningkatkan iklim
pertumbuhan pendidikan di Indonesia. Tugas guru dan orang tua adalah
menuntundan mengarahkan tumbuh kembang anak menuju cita-citanya. Maka
dari itu perubahan yang utama harus dimulai dari perubahan budaya positif pada
setiap guru karena seorang guru adalah ujung tombak pencapaian visi di kelas,
di sekolah dan bermuara pada kemajuan pendidikan bangsanya.
5. Rencana ke Depan
Budaya disiplin positif begitu banyak
membawa perubahan positif, maka budaya positif khususnya pada siswa harus
dilaksanakan secara konsisten dan berkelanutan.Rencana saya kedepan supaya budaya
disiplin positif pada murid berjalan secara terus menerus adalah:
1. Konsisten bersama-sama
rekan guru menciptakan budaya positif di lingkungan kelas dan sekolah
dengan melakukan sharing bersama rekan pendidik.
2. Mengajak rekan
guru untuk membuat keyakinan kelas di kelasnya masing-masing.
3. Konsisten menerapkan
restitusi untuk memecahkan masalah.
4. Melakukan sosialisasi
kepada orang tua siswa untuk menciptakan lingkungan ramah anak di rumah guna
membentuk budaya disiplin berkelanjutan di lingkungan rumah.
5. Melakukan pendampingan
dengan mengadakan pertemuan secara terjadwal bersama orang tua siswa guna
bersama-sama mencari solusi terkait kemajuan atau kemunduran belajar
putra-putrinya.
6. Menerapkan pembelajaran
merdeka belajar yang menyenangkan dan bermakna.
7. Memberikan pembelajaran
kecakapan hidup secara kontekstual untuk menumbuhkan karakter positif.
8. Melakukan pengimbasan kepada
guru sekecamatan Sukorejo dengan cara berkolaborasi antar CGP kecamatan
Sukorejo melalui kegiatan KKG dengan persetujuan FKKS.
6. KESIMPULAN
Keyakinan kelas dan restitusi adalah
strategi yang bijaksana dalam menumbuhkan motivasi intrinsik yang
berdampak pada tumbuhnya budaya disiplin positif pada siswa. Tumbuhnya disiplin
positif pada siswa berdampak besar bagi iklim pertumbuhan pendidikan di
Indonesia. Perubahan mindset yang dimulai pada diri guru yang disertai
kolaborasi antara guru dan orang tua merupakan jembatan emas dalam mewujudkan budaya
disiplin positif pada siswa baik di lingkungan sekolah maupun berkelanjutan di
lingkungan rumah.
7. Dokumentasi
Membuat kesepakatan kelas bersama
siswa.
Penerapan restitusi untuk memecahkan masalah
siswa
Sosialisasi dan mengajak rekan sejawat untuk menerapkan
keyakinan kelas dan restitusi untuk mewujudkan budaya positif di sekolah.
Mengajak rekan guru menerapkan keyakinan kelas dan melakukan
restitusi.
Sosialisasi kepada orang tua siswa untuk mewujudkan lingkungan
ramah anak di rumah guna membentuk budaya disiplin di rumah.
Kolaborasi CGP pengimbasan budaya positif di forum KKG dengan
persetujuan FKKS kecamatan Sukorejo
Memberikan pembelajaran kecakapan hidup
(kontekstual).
Memberikan pembelajaran menyenangkan dan bermakna
Tumbuhnya karakter baik pada anak.
Tumbuhnya motivasi belajar siswa.
https://youtu.be/9tUFMAGselk (link youtube aksi nyata klaborasi pengmbasan
modul 11.4, CGP kecamatan Sukorejo)
Sumber inspirasi menulis: Modul CGP 1.4. Budaya Positif.
By: Penggerak kebaikan CGP 4 Kabupaten pasuruan.
Komentar
Posting Komentar