STRUKTUR KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
STRUKTUR KURIKULUM MERDEKA BELAJAR
ARTIKEL 2
Oleh: Elmiya Sari, S.Pd.
CGP Angkatan 4
Kabupaten Pasuruan
Seperti
yang sudah saya paparkan pada artikel sebelumnya, banyak faktor yang melandasi
mengapa memilih kurikulum Merdeka Belajar sebagai opsi mengatasi learning loss
akibat kesenjangan pembelajaran.
Mulai dari perubahan paradigma tentang konten
yang di ajarkan. Yang pada kurikulum sebelumnya pendidikan hanya menyajikan materi
dimana siswa mengerjakan soal-soal dan cara mengajar guru dikejar oleh tuntutan
ketuntasan kurikulum menjadi pembelajaran yang menyajikan pembelajaran
kontekstual dimana guru menyampaikan konten secara kontekstual dengan aksi nyata dengan dihubungkan pada kehidupan
sehari-hari siswa. Sehingga siswa mengalami sendiri praktik dari konten yang dipelajarinya.
Pada kurikulum merdeka bengajar guru memilih
materi esensial dengan melihat kondisi dan kesiapan belajar anak. Tidak semua
materi dijejalkan pada anak tanpa peduli ada anak yang kurang memahami karena harus dikejar ketuntasan kurikulum.
Guru tidak disarankan pindah ke materi
berikutnya sebelum siswanya menguasai pembelajaran secara bermakna. Karena
kemampuan anak dalam menangkap materi berbeda-beda maka guru harus
memfasilitasi siswanya belajar dengan memperhatikan bakat, minat dan profil
siswa.
Dari sini guru tahu apa yang dibutuhkan oleh
siswanya. Dari sini pula pembelajaran berdiferensiasi memainkan perannya. Dan
guru mempunyai kebebasan seluas-luasnya untuk berinovasi membuat variasi
belajar menjadi menyenangkan dan bermakna bagi anak didiknya.
Terjadi perubahan paradigma pada implementasi
kurikulum Merdeka Belajar. Yang pada awalnya implementasi kurikulum mendapat
arahan sepenuhnya dari pemerintah pusat berubah menjadi implementasi otonomi professional
guru, dimana guru sebagai aktor utama pembelajaran.
Guru merdeka belajar yang berinovasi seluas
samudra memegang peranan penting pada keberhasilan belajar anak didiknya.
Sesuai dengan filosofi dari bapak pendidikan kita Ki Hadjar Dewantara “Manusia
merdeka yaitu manusia yang hidupnya lahir dan batin….tidak tergantung kepada
orang lain, akan tetapi bersandar akan kekuatannya sendiri”.
Jangan salah arti ya….merdeka disini bukan
berarti guru bebas sebebas-bebasnya mengajar semau-maunya dan membuat murid
bebas atas segala tingkah lakunya tanpa terkendali.
Cermati lagi filosofi Ki Hadjar Dewantara di
atas arti kata merdeka lahir dan batin dan “ Tidak Bergantung Kepada Orang Lain
Akan Tetapi Bersandar Akan Kekuatannya Sendiri” memiliki makna yang sangat
dalam.
Guru dituntut untuk menjadi insan yang mandiri
artinya mampu berinovasi dengan tidak menggantungkan kemampuan pada orang lain,
contohnya guru harus mampu membuat
ebook, atau guru mampu membuat aplikasi atau media yang menyenangkan
bagi anak secara mandiri dengan mengambil ilmu dari berbagai sumber.
Untuk mampu membuat inovasi tersebut guru harus
terus belajar…belajar…dan belajar. Nah….itu artinya bahwa guru harus menjadi
pembelajar sejati, sehingga mampu memberikan pelayanan pembelajaran sesuai alam
dan zaman anak. Benar kata pepatah guru berhenti belajar maka sudah saatnya guru berhenti mengajar.
Karena tujuan utama guru mengajar adalah untuk
meningkatkan potensi murid. Muara pembelajaran adalah untuk murid…murid…dan
murid. Dan keberhasilan proses belajar mengajar bukan ditentukan oleh
pemerintah pusat melainkan ditentukan oleh guru itu sendiri melalui refleksi
yang dilakukannya di akhir pembelajaran. Itu artinya refleksi guru sangat
berdampak pada kemajuan belajar siswa.
Berbicara tentang KKM yang mempunyai
kepanjangan Kriteri Ketuntasan Mengajar.
KKM digunakan pada kurikulum-kurikulum sebelumnya sebagai acuan bagi guru atau
lembaga pendidikan meluluskan siswanya ke jenjang yang lebih tinggi.
Namun sayangnya KKM tidak dipatuhi oleh
kebanyakan guru, terutama bagi siswanya yang tidak mampu melampaui nilai KKM.
Maka guru sering kali mengarang biji alian MENGAJI supaya siswa dapat naik ke
jenjang berikutnya. Ini sangat lucu, lantas untuk apa ada KKM?
Kurikulum Merdeka Belajar tidak terdapat KKM. Struktur
kurikulum Merdeka Belajar membagi capaian belajar anak menjadi beberapa fase
yaitu:
1.
Fase
A untuk kelas I dan II
2.
Fase
B untuk kelas III dan IV dan
3.
Fase
C untuk kelas V dan VI
4.
Fase
D untuk kelas VII -IX
5.
Fase
E untuk kelas X
6.
Fase
F untuk kelas XI dan XII
Fungsi fase pada capaian pembelajaran kurikulum
Merdeka Belajar adalah untuk mengetahui kemampuan anak. Misalkan anak yang
sudah duduk di kelas IV SD yang secara umum berada pada fase B, namun masih
belum lancar membaca maka anak tersebut masih dalam fase A.
Dan tugas guru adalah memberikan pendampingan
khusus dengan melakukan pendekatan pembelajaran disesuaikan dengan kesiapan
belajar anak, baik minatnya, bakatnya maupun profilnya. Karena anak mempunyai
bakat tersendiri yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Inilah
pentingnya guru mengetahui terlebih dahulu minat, bakat dan profil siswa
sebelum menentukan tujuan, konten dan proses pembelajaran sehingga dapat
memperoleh produk pembelajaran yang sesuai dengan kesiapan belajar siswa. Ibarat kata tidak
mungkin anak koala kita paksa untuk terbang seperti anak burung dan tidak
mungkin anak burung kita kita paksa memanjat seperti anak koala.
Fokus utama struktur kurikulum Merdeka Belajar
adalah,
1.
Kegiatan
pembelajaran intrakurikuler dan
2.
Projek penguatan profil pelajar Pancasila.
Kegiatan pembelajaran intrakurikuler tertuang
pada capaian pembelajaran (CP) sesuai capaian pembelajaran dari setiap fase.
Kegiatan pembelajaran harus memberikan
pengalaman belajar yang bermakna bagi anak. Pembelajaran kontekstual dapat
mempermudah anak mengalami belajar bermakna. Kegiatan pembelajaran perlu di
dukung oleh penggunaan sumber belajar sesuai dengan karakteristik anak.
Kegiatan belajar perlu di dukung oleh penggunaan sumber belajar
yang tersedia nyata. Sedangkan sumber belajar yang tersedia secara tidak nyata
dapat dihadirkan dengan dukungan tehnologi dan sumber bacaan.
Kegiatan belajar juga memanfaatkan nilai-nilai
lokal daerah masing-masing, yang menjadi ciri khas daerahnya yang berguna untuk
mengembangkan kebudayaan lokal yang ada.
Pelaksanaan projek penguatan profil pelajar
Pancasila dilakukan secara fleksibel baik muatan maupun pelaksanaannya. Secara
muatan projek harus mengacu pada capaian profil pelajar Pancasila sesuai dengan
fase peserta didik, dan tidak harus dikaitkan dengan capaian pembelajaran pada mata
pelajaran.
Sedangkan secara pelaksanaan waktu pelaksanaan
projek dapat dilaksanakan dengan menjumlah alokasi jam pelajaran dan jumlah
total waktu pelaksanaan masing-masing projek tidak harus sama.
Begitu fleksibelnya kurikulum ini dengan
merdeka belajar yang bertanggung jawab secara intinsik dan komitmen. Ditambah dengan muatan
intrakurikuler dan capaian projek penguatan profil Pancasila menjadikan
kurikulum Merdeka Belajar sebagai kurikulum yang mempunyai stuktur dan system yang
kuat sebagai alasan dipilihnya kurikulum Merdeka Belajar sebagai alternative penyelesaian
learning loss.
Catatan penting bagi penentu keberhasilan
kurikulum Merdeka Belajar adalah semangat guru untuk terus belajar dan belajar
meningkatkan kompetensinya sehingga dapat lebih berinovasi menciptakan
pembelajaran yang bermakna. Refleksi guru memegang kendali penting.
Kolaborasi dari semua pihak antara guru, siswa,
orang tua siswa, kepala sekolah, pengawas sekolah, dinas pendidikan daerah dan dinas
pendidikan pusat sangat dibutuhkan untuk mempermudah tercapainya tujuan pendidikan
nasional.
Sampai berjumpa pada paparan struktur kurikulum
Merdeka Belajar selanjutnya tentang muatan pelajaran dan alokasi waktu pada
tiap-tiap fase yang berbeda.
Salam penggerakkebaikancgp4.
Penulis adalah guru pada satuan pendidikan SDN Wonokerto, kabupaten Pasuruan.
Manfaat 🤗👏
BalasHapusAlhamdulillah, terimakasih bu Nurin.
HapusTulisannya sangat bermanfaat..
BalasHapusAlhamdlillah, terimakasih bu Siti Rohani
Hapus