TIPS AND TRIK MENGELOLA 7 ASET SEKOLAH BERBASIS ASSET BASED THINGKING
TIPS AND TRIK MENGELOLA 7 ASET SEKOLAH BERBASIS
ASSET BASED THINGKING .
ARTIKEL 13
Oleh: Elmiya
Sari, S.Pd.
Tantangan
Menulis 70 Hari PMA
Assalamualaikum wr.wb.
Apa kabar sahabat literat, semoga dalam keadaan sehat dan
bahagia. Sebelum saya menulis pemaparan sesuai judul yang saya tulis, apa yang
anda pikirkan tentang sebuah lembaga sekolah?
Ya, tepat sekali sekolah dapat dikatakanjuga sebagai suatu ekosistem karena di lingkungan sekolah
terjadi interaksi antar makhluk hidup
(unsur biotik) dan makhluk tak hidup ( unsur abiotik). Kedua unsur ini
saling berinteraksi satu sama lainnya sehingga mampu menciptakan hubungan yang
selaras dan harmonis.
Faktor-faktor yang ada di lingkungan sekolah saling
mempengaruhi satu sama lainnya dan saling terlibat aktif dalam suatu
tindakan/kegiatan. Siapa saja faktor biotik yang ada di lingkungan sekolah?
Iyaā¦.murid, guru, kepala sekolah, staf/tenaga kependidikan, pengawas sekolah,
orang tua murid dankomite/masyarakat di lingkungan sekolah.
Sedangkan factor-faktor abiotic yang ada di lingkungan
sekolah yaitu keuangan, sarana dan prasarana sekolah, lingkungan sekolah.
Ketahuilah kedua unsur biotik dan abiotik tersebut
merupakan sumber daya besar yang dapat digunakan sebagai penunjang kemajuan
pendidikan jika dikelola secara benar.
Pendekatan berbasis aset(Asset-Based Thingking) ditemukan
oleh Dr. Kathryn Cramer seorang ahli psikologi adalah pendekatan yang tepat
digunakan untuk mengelola aset-aset yang ada di sekolah karena pendekatan ini
merupakan pendekatan yang tepat untuk mengelola aset sekolah karena pendekatan
ini menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir yang mengajak untuk
memusatkan perhatian pada cara bekerja untuk menjadi inspirasi , mencari
kekuatan atau potensi yang positif yang dimiliki sekolah.
Sebelum ditemukan pendekatan berbasis aset untuk
mengelola aset sekolah ini kita biasanya berfikir tentang kekurangan dan masalah-masalah
yang sekolah hadapi dan mengidentifikasi apa saja kekurangan sekolah, isu-isu
di sekitar sekolah sehingga seringkali untuk mencapai tujuan sulit rasanya
untuk tercapai. Atau seringkali untuk mengatasi kekurangan dan sekolah mencari
dana sponsor, bantuan atau intuisi lainnya.
Pada pendekatan berbasis asset ini kebalikan yang
terjadi. Pendekatan ini focus pada asset dan kekuatan yang dimilki sekolah.
Selalu berfikir positif dengan berfikir tentang
kesuksesan dan bagaimana menggunakan kekuatan dengan mengorganisasikan
kompetensi yang dimiliki sumber daya asset yang ada untuk mencapai kesuksesan
tersebut.
Asset apa saja yang dimiliki sekolah yang akan digunakan sebagai kekuatan
tersebut? Menurut Green dan Haines(2002) dalam asset building and community
development, terdapat 7 aset sebagai modal kekuatan sekolah, antara lain:
1.
Modal manusia ( kompetensi, pengetahuan, ketrampilan dan
bakat attitude)
2.
Modal sosial (norma, aturan jaringan/network, komunitas
yang berdampingan, asosiasi(kegiatan dan fisik)
3.
Modal fisik ( bangunan dan sarpras)
4.
Modal lingkungan (potensi yang belum diolah dan
pemanfaatannya).
5.
Modal finansial (dukungan keuangan, tabungan, investasi
dan pengetahuan konten, pengetahuan proses dan hasil pengelolaan sumber daya)
6.
Modal politik ( hubungan komunitas dan keterlibatan
sosial lembaga pemerintah dengan lembaga sekolah)
7.
Modal agama dan
budaya ( empati, karakter, moral, kebudayan yang unik)
Ke tujuh asset tersebut akan sia-sia tidak berarti jika
tidak dimanfaatkan secara maksimal. Sumber daya manusia adalah penentu utama
untuk mendorong pengelolaan ke enam sumber daya lainnya. Pola piker (mindset)
positif adalah titik awal suatu perubahan. Maka merubah mindset warga sekolah
adalah langkah pertama yang harus dilakukan.
Kedua, menciptakan perubahan yang positif dengan cara
memulai dengan perbincangan yang sederhana dimana terjalin komunikasi
efektif dan saling menghargai. Dari
perbincangan sederhana tersebut dapat merangsang berfikir bersama untuk
mencetuskan/memulai suatu tindakan. Yaitu tindakan untuk bersama-sama
mengidentifikasi aset apa saja yang dimilki sekolahnya dan bersama-sama mencari
cara bagaimana memanfaatkan aset tersebut.
Ketiga, Mengupayakan bertanya positif. Dalam proses
perbincangan guna melakukan suatu tindakan dengan memberikan pertanyaan yang
dapat mendorong energy dan kreativitas komunitas. Contoh pertanyaannya yaitu:
Apa yang sudah berhasil anda lakukan? Apa
yang anda lakukan supaya lebih berhasil lagi?
Keempat, Jika seluruh warga sekolah berkolaborasi dan
berupaya melakukan perubahan tersebut sesuai kompetensi dan kekuatan yang
dimiliki maka perubahan tersebut pasti akan terjadi. Karena perubahan besar
berasal dari perubahan kecil yang dilakukan secara gotong royong.
Kelima, rasa tanggung jawab dari setiap individu yang ada
di lingkungan sekolah. Tanggung jawab atas apa yang sudah direncanakan bersama,
tanggung jawab pada apa yang telah dimulainya bersama komunitasnya.
Keenam, membangun dan membina hubungan dua arah antar
warga sekolah. Dimulai dari guru, kepala sekolah, murid, staf sekolah. Hubungan
ini sangat penting karena dari hubungan dua arah ini akan tercipta sekolah yang
sehat dan inklusif. Dan hal ini dapat terjadi dimulai dengan keselarasan cara
pandang, tujuan yang sama dan cara berfikir yang positif.
Ketujuh, Cara pandang dan pemikiran yang positif akan
melihat potensi sekolah, dan tantangan menjadi suatu kekuatan untuk membentuk
sekolah. Semua warga sekolah harus focus pada pembangunan sumber daya yang
tersedia, kapasitas yang dimiliki sekolah, serta memanfaatkan kekuatan untuk
mewujudkan aspirasi yang sudah ada.
Kedelapan, Kekuatan sekolah berbanding lurus dengan
tingkat keberagaman keinginan unsur sekolah yang ada. Maksudnya antara kekuatan
harus seimbang dengan tujuan yang beragam. Maka masing-masing unsur tersebut
harus menyumbangkan kemampuan dan aset yang dimiliki demi kemajuan sekolah yang
lebih baik lagi.
Kesembilan, dalam membangun sekolah diperlukan suasana
yang harmonis. Hubungan yang baik antar warga sekolah, cara pandang yang sama,
tujuan yang sama, semangat yang sama, komunikasi yang terjaga dengan baik, rasa
empati yang tinggi dapat menumbuhkan suasana yang menyenangkan sehingga akan
tercipta suasana yang harmonis antar warga sekolah.
Kesepuluh, faktor utama dalam perubahan berkelanjutan
adalah kepemimpinan lokal dan pengembangan serta pembaruan kepemimpinan itu
secara terus-menerus.
Demikianlah cara-cara terbaik yang dilakukan warga
sekolah untuk memanfaatkan ketujuh aset yang ada disekolahnya, guna mendukung kemajuan pendidikan di
sekolah.
Salam Merdeka Belajar,
Penggerak kebaikancgp4
Sumber Tulisan: Modul CGP angkatan 4.
Penulis adalah guru pada satuan pendidikan
UPT SDN Wonokerto-Kabupaten Pasuruan-Jawa Timur.
Informatif bu Elmiš
BalasHapusTerimakasih bu Nurinš
HapusKeren bu El
BalasHapusTerima kasih bu Iza
HapusSelalu informatif keren bunda
BalasHapusTerimakasih bunda Emuet.
HapusInformatif, salam literasi
BalasHapusSalam literasi bunda Nurul...sukses selalu.
Hapus